SELAMAT MEMBARUI / MEMBAHARUI (Andar Ismail) Edit
- 0,5 kg
- 15x12x2 cm
Pembaruan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Dari mana pembaruan itu dimulai? Dari diri kita masing-masing. Tiap hari kita perlu membarui diri: membarui kebugaran tubuh, membarui kematangan kepribadian, juga membarui kedewasaan iman kita sendiri. Menurut Luther, Reformasi bukan membenci dan menghancurkan, melainkan memperbaiki dan membarui (hlm. 25). Kristus telah membarui kita. Sekarang kita adalah ”… manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Penciptanya …” (Kol. 3:10, TB2).
Dalam bab lain, Andar menulis tentang Ignatius Loyola. Selama berbulan-bulan dalam masa pemulihan kesehatannya, Loyola bergumul dalam kebimbangan antara memilih menjalani hidup yang lama ataukah membarui hidupnya. Ia mulai berpikir lebih serius mengenai hidup dan merasa perlu membuat pilihan. Seiring dengan perkembangan waktu ia menulis, ”Akhirnya pikiran pertama, yaitu mengenai hal-hal duniawi, mulai ditinggalkan. Hal-hal duniawi dikalahkan oleh keinginan yang luhur … (hlm. 74). Ia mulai membarui dirinya.
Melalui pembaruan atau reformasi, tiap orang dapat memberi dampak yang positif bagi masyarakat. Harapan agar terwujud masyarakat yang lebih baik diangkat dalam bab “Sifat Orang Indonesia”. Tulisan ini sekaligus merupakan ktitik yang pedas bagi kita semua, namun tentu yang diharapkan adalah pembaruan diri kita semua.
Dalam bab lain, disinggung mengenai hubungan yang kurang harmonis di antara mertua dan menantu. Dalam hal ini pun diperlukan pembaruan. Salah satunya adalah pembaruan konsep diri. Tujuan adalah agar terjalinnya hubungan yang lebih baik di dalam keluarga.